Unfollow dunia nyata

“Bangun pagi. Langsung cek handphone ah, update di twitter : good morning, time to work, di path : ready to work, oiya ga lupa foto dulu trus upload ke instagram, moodbosterku : ready to go. Yaaaah, kok ga keposting sih?? Yah, kuota internetku abis nih. Duh… Rese banget!!”

Iklan tersebut ditayangkan di sebuah radio, ketika aku sedang membalas beberapa chat di BBM dan what’s app. Tiba2 aku terhenyak dgn iklan itu. Betapa kita sering terlalu asyik dengan dunia maya yg sarat dengan narsisme. Aku bukan membenci kegiatan update status dan posting foto, aku hanya ingin mengingat kembali bahwa jangan sampai aktivitas2 seperti itu membuat kita lupa dengan hal2 lain nyata dan lebih penting untuk dikerjakan. Jangan sampai kita mengabaikan sahabat yg duduk di sebelah kita, ibu yg mengajak kita mengobrol ringan, atau bahkan pacar yg sedang menginginkan quality time dengan kita. Taruhlah sejenak ponselmu. Janganlah terlalu kawatir akan berkurangnya follower di twitter, sebab bukankah akan lebih berbahaya lagi jika kita diunfollow di dunia nyata?

Salam!

Friends Come and Go

Siang ini aku menghabiskan makan siang di kantin baru. Kantin baru di kampus kami tidak terlalu bagus, bahkan lebih buruk dari kantin lama. Namun kelebihannya kantin yang baru sangat sepi dan enak dijadikan tempat mengobrol. Aku datang bersama dua orang teman yang baru-baru ini sering dekat denganku. Ya, baru-baru ini. Karena sebelumnya aku dekat dengan teman yang lain. Tapi entah mengapa mereka bukan lagi menjadi sosok yang asyik untuk diajak mengobrol dan diskusi. Mereka sibuk dengan urusan mereka. Kurasa mereka memiliki passion yang sama sedangkan aku sedikit berbeda dengan mereka. Ya, hal itu adalah penyebab utamanya.

Berawal dari kesukaan mereka untuk melakukan penelitian dan aku merasa kurang begitu tertarik akan hal itu. Maka aku mencari kegiatan lain yang menarik minatku seperti seni tari. Kami adalah tiga sahabat yang sangat setia dulunya. Kupikir kami akan tetap saling punya waktu untuk bersama dan membahas hal yang memang sama-sama kami pahami dan sukai. Tapi ternyata aku salah. Mereka teralu asyik pada kegiatan yang mereka nyambung. Dari situlah selangkah demi selangkah mereka mulai menjauh dariku.

Aku mulai gusar, mulai bingung dan bertanya-tanya, apa salahku? Apakah aku salah aku tidak mempunyai interest yang sama dengan mereka. Apa aku salah ketika aku mengikuti kegiatan yang berbeda dengan mereka? Entah. Aku tidak akan pernah tau, aku pun malas mencari tau. Aku menceritakan hal ini kepada temanku yang menemaniku makan siang, mereka banyak menghiburku. Teman-teman yang kuharapkan tak pernah berubah ternyata berubah dan memilih pergi.

Dari situ aku ingin belajar untuk tidak hanya bergantung pada satu pertemanan dan tidak menganggap bahwa sahabat adalah segalanya. Mereka bukan segalanya, mereka juga dapat berubah. Itu hak mereka. Aku juga tidak ingin merasa menjadi “korban” dalam situasi ini, aku pun memiliki teman yang lain dan yang lain lagi. Aku harus menyibukkan diri supaya tidak merasa sakit hati karena sudah tidak dianggap lagi sebagai orang terdekat mereka. Ada saatnya nanti ketika kami memang harus berdampingan lagi, kami akan melakukannya. Namun jika tidak, itu bukanlah suatu masalah.

Aku memilih untuk tetap ceria siang itu. Aku berjanji akan lebih produktif, lebih banyak berinteraksi dengan yang lain, dan lebih menerima yang mungkin saja akan terjadi besok. Kita lihat saja.

Salam!

Perencanaan Pariwisata, Esensinya?

Pariwisata merupakan sektor yang sedang naik daun akhir-akhir ini. Selain karena mampu menyumbangkan pendapatan bagi masyarakat dan pemerintah, sektor ini merupakan usaha jasa yang akan dapat terus berlangsung secara konsisten dan menguntungkan jika dikelola dengan tepat. Maka dari itu banyak daerah yang berlomba-lomba menggali potensi wisata dan mengembangkannya menjadi suatu produk jadi (destinasi wisata) yang siap dipasarkan. Namun sebelum membangun suatu destinasi wisata baru yang dalam lingkup lebih luas dapat disebut pembangunan pariwisata, idealnya diperlukan suatu perencanaan. Perencanaan ini disebut perencanaan pariwisata.

Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses definisi tujuan, penciptaan kerangka kegiatan yang akan dilaksanakan, serta pembuatan strategi untuk mencapai tujuan. Secara awam, dalam suatu proyek pekerjaan selalu ada perencanaan di dalamnya. Perencanaan tersebut berguna dalam melaksanakan suatu pembangunan agar nantinya dapat terarah, fokus, tepat sasaran, dan tentunya mampu sampai pada tujuan akhir. Contohnya dalam pembangunan suatu destinasi wisata, pengelola harus memperhitungkan atraksi dan aktivitas pariwisata apa yang dapat dikembangkan, keberadaan akomodasi, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, dan lain sebagainya. Selain itu pembangunan destinasi juga harus memperhatikan faktor ekologi, faktor sosial, dan manfaat bagi masyarakat setempat (karena prinsip pariwisata adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat). Dengan tidak adanya perencanaan yang matang atau bahkan tidak ada perencanaan sama sekali akan membuat suatu proyek pembangunan menjadi kacau, karena satu pembangunan dapat berdampak pada banyak hal. Kalau pun suatu destinasi telah berhasil selesai dibangun, tempat itu akan berdampak negatif bagi sekitarnya dan tidak mampu bertahan dalam jangka panjang. Akibatnya adalah kerugian dan perusakan alam. Maka dari itu perencanaan tidak hanya sekadar tentang apa saja yang akan dilakukan untuk membangun suatu destinasi wisata, tapi juga tentang dampak apa yang akan diciptakan, kemampuan untuk bertahan dalam jangka panjang tanpa menyebabkan ketimpangan alam dan sosial, serta teknik mengeksplorasi secara tepat agar potensi tergali secara maksimal.

Salam.

Pariwisata, Bukan Sekedar Jalan-jalan

Apa yang langsung terbayang di pikiran anda ketika mendengar kata pariwisata? Rekreasi? Jalan-jalan? Backpacker? Turis? Atau mungkin, untuk beberapa orang yang gemar membaca buku atau artikel tentang pariwisata, membayangkan industri jasa? hospitalitas? atau kebudayaan? Itu semua memang bagian dari pariwisata. Sehingga bisa dikatakan pariwisata adalah kegiatan perjalanan atau rekreasi yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang di/ke luar tempat tinggalnya, usaha jasa yang melayani mereka, dan dampaknya terhadap banyak aspek. Berwisata merupakan kebutuhan manusia, khususnya pada zaman modern ini. Apalagi kehidupan manusia semakin kompleks, semakin tinggi tingkat stres di daerah perkotaan. Sehingga memunculkan suatu kebutuhan untuk berlibur dan menghabiskan waktu untuk relaksasi. Kegiatan tersebut bisa dikategorikan sebagai berwisata. Namun dalam kegiatan wisata, tidak hanya ada orang yang melakukan kegiatan wisata saja, tetapi ada usaha jasa di dalamnya yang secara langsung maupun tidak langsung melayani mereka. Dengan semakin berkembangnya dunia, usaha pariwisata pun semakin beragam. Usaha jasa pariwisata tersebut antara lain destinasi wisata, akomodasi, perusahaan transportasi, restoran, toko souvenir, travel agency, dll. Selain mengandung kegiatan wisata dan usaha jasanya, pariwisata juga mencakup interaksi antara wisatawan (guest) dan masyarakat setempat (host/resident) serta dampak interaksi yang dihasilkan bagi lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dll.

Akhir-akhir ini pariwisata menjadi primadona bagi banyak negara di dunia. Pariwisata dianggap sebagai sektor yang menguntungkan untuk pemasok pendapatan negara. Maka dari itu negara-negara berlomba untuk menjadi yang terbaik dalam dunia pariwisata untuk dapat menarik wisatawan lebih banyak dan lebih banyak lagi, Pariwisata saat ini telah berkembang menjadi suatu industri di mana terdapat proses-proses pengolahan potensi menjadi “barang jadi” yang akhirnya dijual kepada wisatawan. Memang luas sekali jika membahas tentang bidang yang satu ini. Seperti judulnya, Bukan Sekedar Jalan-jalan, karena ketika kita terjun untuk mengenal lebih jauh tentang bidang ini, akan sangat banyak hal yang dapat digali. Termasuk di dalamnya keajaiban pariwisata dalam bidang ekonomi (yang paling ter-expose), pengaruh pariwisata terhadap budaya, perjalanan industri yang mengutamakan hospitalitas, hingga fenomena-fenomena unik tentang tren berwisata. Salam.

Toward A Better Love

Sebelum akhirnya memutuskan membuat blog ini, aku pergi ke sebuah cafe, bersama pacarku. Awalnya kami hanya sibuk dengan gadget masing-masing. Tapi untunglah aku segera sadar bahwa dia pasti ngambek apabila tidak ada percakapan bermutu di antara kami. Akhirnya aku menutup laptop dan mulai berbicara padanya.

Di depanku ada sebuah buku yang aku pinjam dari perpustakaan kampus beberapa hari yang lalu. Buku itu berisi tentang renungan, tentang bagaimana membentuk suatu relasi yang berkualitas khususnya dengan pasangan. Banyak hal yang diungkapkan oleh buku itu. Aku sendiri merasa buku itu bisa menebak karakterku dalam membina hubungan. Aku mungkin agak sedikit egois, mau terlihat hebat di mata pasangan, selalu ingin benar, dan bla bla bla, Namun buku yang tebalnya tidak mencapai 50 halaman ini mengatakan bahwa untuk membangun suatu hubungan yang dapat membuat kita bahagia bukan begitu caranya. Aku menemukan beberapa poin dalam buku tersebut :

1. Karakter yang kita bawa dalam kehidupan asmara kita adalah apa yang kita dapatkan dalam lingkungan keluarga kita semasa kecil. Sebagai contoh, anak yang hidup dalam omelan dia akan belajar mengomel dengan pasangannya, anak yang hidup dalam kekerasan akan bersifat kasar terhadap pasangannya, anak yang hidup dalam kekangan akan berusaha mencari kebebasan dari pasangannya, anak yang hidup dalam cinta kasih yang utuh dari keluarga akan belajar untuk tulus mencintai pasangannya. Hal tersebut benar terjadi tanpa kita sadari. Karakter yang kita punyai saat ini merupakan hasil bentukan masa lalu,

2. Seringkali kita hidup dalam luka masa lalu. Hal ini cukup berkaitan dengan poin pertama. Memang sebenarnya dapat merugikan diri kita sendiri juga pasangan kita, apabila terus terjebak dalam penjara masa lalu, tanpa menyadari bahwa kita hidup untuk masa sekarang dan masa depan, bukan untuk yang sudah lewat.

3. Kita menginginkan pasangan kita berubah sesuai apa yang kita mau, mungkin begitu pula sebaliknya. Pada dasarnya manusia dapat berubah, namun yang mungkin dilakukan dan juga yang paling mudah dilakukan hanyalah mengubah diri sendiri. Bukan mengubah orang lain. Maka alangkah baiknya jika perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri. Siapa tahu dengan mengubah diri sendiri, pasangan kita menjadi tergerak hatinya untuk berubah juga.

4. Terkadang apa yang kita tidak sukai dari pasangan kita sebenarnya adalah proyeksi dari apa yang tidak kita sukai dari diri kita sendiri. Sehingga kita terus mencemooh kekurangan pasangan kita. Padahal itu sebenarnya juga ada di dalam diri kita. Maka dari itu ada baiknya bila kita menjadi pribadi apa yang kita inginkan bagi pasangan kita. Dengan demikian kita pun semakin banyak memberi suatu hal yang baik bagi pasangan.

5. Lagi-lagi kita pasti mengeluh karena banyak hal yang berjalan tidak sesuai dengan harapan kita. Terus hidup di dalam keluhan bukanlah ide yang baik. Sebab dari keluhan tersebut kita tidak menghasilkan apa-apa. Bagaimana jika kita memutar keluhan itu menjadi suatu peluang, kesempatan untuk berusaha bangkit, tenaga positif untuk tetap bertahan. Setiap pasangan yang ingin mempertahankan hubungannya tidak akan betah tinggal dalam kolam keluhan, hal itu akan membuat salah satu atau mereka berdua jenuh,

6. Kebahagiaan bukanlah tujuan, melainkan proses. Tidak ada titik kebahagiaan, di mana manusia bisa berhenti melakukan sesuatu dan berharap kebahagiaan tersebut tidak berpindah ke mana-mana. Kebahagian adalah sesuatu yang terus-menerus terjadi jika kita menghendakinya. Dalam perjalanan hidup, kita harus pintar-pintar “merasa bahagia” karena memang kebahagiaan itu ada jika kita berusaha merasakannya. Kebahagiaan bisa datang dari mana saja, termasuk hanya dari pikiran kita, tanpa adanya peristiwa apa pun.

Aku tidak tahu apakah aku akan selamanya bersama orang yang sedang bersamaku saat ini. Tapi paling tidak aku ingin berusaha. Berusaha menemukan kebahagiaan bersama orang-orang terdekat. Bukankah anda juga? Salam.