Friends Come and Go

Siang ini aku menghabiskan makan siang di kantin baru. Kantin baru di kampus kami tidak terlalu bagus, bahkan lebih buruk dari kantin lama. Namun kelebihannya kantin yang baru sangat sepi dan enak dijadikan tempat mengobrol. Aku datang bersama dua orang teman yang baru-baru ini sering dekat denganku. Ya, baru-baru ini. Karena sebelumnya aku dekat dengan teman yang lain. Tapi entah mengapa mereka bukan lagi menjadi sosok yang asyik untuk diajak mengobrol dan diskusi. Mereka sibuk dengan urusan mereka. Kurasa mereka memiliki passion yang sama sedangkan aku sedikit berbeda dengan mereka. Ya, hal itu adalah penyebab utamanya.

Berawal dari kesukaan mereka untuk melakukan penelitian dan aku merasa kurang begitu tertarik akan hal itu. Maka aku mencari kegiatan lain yang menarik minatku seperti seni tari. Kami adalah tiga sahabat yang sangat setia dulunya. Kupikir kami akan tetap saling punya waktu untuk bersama dan membahas hal yang memang sama-sama kami pahami dan sukai. Tapi ternyata aku salah. Mereka teralu asyik pada kegiatan yang mereka nyambung. Dari situlah selangkah demi selangkah mereka mulai menjauh dariku.

Aku mulai gusar, mulai bingung dan bertanya-tanya, apa salahku? Apakah aku salah aku tidak mempunyai interest yang sama dengan mereka. Apa aku salah ketika aku mengikuti kegiatan yang berbeda dengan mereka? Entah. Aku tidak akan pernah tau, aku pun malas mencari tau. Aku menceritakan hal ini kepada temanku yang menemaniku makan siang, mereka banyak menghiburku. Teman-teman yang kuharapkan tak pernah berubah ternyata berubah dan memilih pergi.

Dari situ aku ingin belajar untuk tidak hanya bergantung pada satu pertemanan dan tidak menganggap bahwa sahabat adalah segalanya. Mereka bukan segalanya, mereka juga dapat berubah. Itu hak mereka. Aku juga tidak ingin merasa menjadi “korban” dalam situasi ini, aku pun memiliki teman yang lain dan yang lain lagi. Aku harus menyibukkan diri supaya tidak merasa sakit hati karena sudah tidak dianggap lagi sebagai orang terdekat mereka. Ada saatnya nanti ketika kami memang harus berdampingan lagi, kami akan melakukannya. Namun jika tidak, itu bukanlah suatu masalah.

Aku memilih untuk tetap ceria siang itu. Aku berjanji akan lebih produktif, lebih banyak berinteraksi dengan yang lain, dan lebih menerima yang mungkin saja akan terjadi besok. Kita lihat saja.

Salam!